Archive for Oktober 2015

Comments Off

Revolusi Mental , Perlukah?


.

                 Istilah “Revolusi Mental” bukanlah barang baru dan bukan karya orisinil baik Romo Benny maupun Jokowi. Kedua tokoh masyarakat dan salah satunya adalah calon presiden hanya menggemakan dan menghidupkan kembali istilah dan roh di dalam istilah yang pernah dikemukakan oleh Presiden Soekarno.
                  Pada tanggal 17 Agustus 1962 silam, Presiden Soekarno menyampaikan pidato pada Hari Proklamasi dengan tema, “Tahun Kemenangan”. Pada saat itulah muncul pernyataan “revolusi belum selesai” dan “revolusi mental”. Saya kutipkan pidato tersebut sbb:
Kita juga dapat menamakan tahun 1949-1950 satu Tahun Kemenangan. Kita juga tidak dapat menyangkalnya dan tidak seorangpun mau menyangkalnya. Akan tetapi dapat segera saya tambahkan di sini, bahwa kemenangan tahun 1949 itu adalah satu kemenangan dari Revolusi phisik semata-mata, dan satu kemenangan yang kita peroleh dengan babak-belur, dédél-duwél, babak-bundas.


              Beberapa saat yang lalu istilah ini sangat sering kita dengar, dan melekat pada jargon Jokowi. Sebagai sebuah jargon, maka biasanya tidak disertai penjelasan lebih detail, apa sebenarnya maksud dari revolusi mental. Secara istilah, ada dua kata yang membutuhkan penjelasan, yaitu revolusi dan mental.
               Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), revolusi adalah perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang, sedangkan mental adalah bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga.
            Dengan demikian dapat ditarik benang merah dari istilah ini bahwa revolusi mental menyangkut keadaan kejiwaaan, roh, spiritual dan nilai-nilai (vested interest) yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang dalam sebuah ruang lingkup kecil atau bahkan dalam sebuah Negara. 


                Jokowi memulai jawabannya dengan menyebutkan tentang sebuah keharusan. Menurut dia, revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinal bangsa. Indonesia, sebut Jokowi, merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong. Dia mengatakan, karakter tersebut merupakan modal yang seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera.

                "Tapi saya juga ndak tahu kenapa, sedikit demi sedikit (karakter) itu berubah dan kita ndak sadar. Yang lebih parah lagi ndak ada yang nge-rem. Yang seperti itulah yang merusak mental," ujar Jokowi.

                 Perubahan karakter bangsa tersebut, kata Jokowi, merupakan akar dari munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan. Kondisi itu dibiarkan selama bertahun-tahun dan pada akhirnya hadir di setiap sendi bangsa. 
"Oleh sebab itu, saya menawarkan ada sebuah revolusi mental," ujar Jokowi 




           Inilah sejatinya masalah yang harus direvolusi kalau memang ingin memakai istilah itu, darimana memulainya, tentunya dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Keluarga yang terdidik lah yang bisa melakukan perubahan pada masyarakat. Lalu apa makna pendidikan bagi revolusi mental, dapat disimak dari pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 
          Sedangkan menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

Daftar Pustaka:
http://business-center.hapsa-studia.com/opini/politik-di-indonesia/mengartikan-revolusi-mental/
https://www.jagita.com/news/2014/10/revolusi-mental-melalui-pendidikan
http://nasional.kompas.com/read/2014/10/17/22373441/Jokowi.dan.Arti.Revolusi.Mental.

Comments Off

INTERNET DAN NEW MEDIA (LINE)


.



              New Media terdiri dari 2 kata yaitu New dan Media. New yang berarti Baru dan Media yang berarti Perantara. Jadi New Media merupakan Sarana perantara yang baru. Baru dalam arti disini dilihat dari segi waktu, manfaat, produksi, dan distribusinya. 
               

          Pada awal abad ke 19, terdapat berbagai pandangan yang menjadi tolak ukur dari berbagai pemikiran-pemikiran yang dapat menjadi perubahan di bidang industry. Setelah berbagai pandangan modern telah muncul, maka terdapat juga perubahan yang sangat besar dalam bidang media. Media dan teknologi yang digunakan akan semakin bertambah seiring dengan perubahan zaman dan berbagai pemikiran yang bersifat modern. 
           Dan para ilmuan pada masa itu sangat percaya bahwa berbagai pemikiran itu akan membawa transformasi manusia menjadi lebih baik lagi.  Sebagai contoh perkembangan new media adalah computer. Dulu computer berukuran besar dan hanya sebagai analog sekarang sudah berfungsi lebih baik bahkan sekarang sudah ada laptop yang bisa dibawa jika berpergian.


          Kemajuan teknologi itu sangat pesat dan tak dapat dipungkiri oleh kita semua. Terkadang, orangtua kita  pun tak dapat melarang kita untuk kenalan dengan dunia internet karena kita itu butuh bergaul dengan teknologi. Maka disini, peran orangtua, institusi pendidikan, masyarakat dan pemerintah itu penting dalam mengawasi anak-anak, apalagi yang dibawah umur. Kali ini saya akan mengambil contoh aplikasi new media yaitu LINE.


Merupakan icon dari contoh aplikasi new media yaitu LINE

                        Apakah pengertian dari Line itu? Oleh pihak Line, definisi Line adalah suatu aplikasi yang digunakan untuk kegiatan berkirim pesan (messenger / chatting) secara gratis di perangkat smartphone. Namun, aplikasi Line sebenarnya juga bisa disebut sebagai aplikasi jejaring sosial karena terdapatnya fitur timeline sebagai wadah untuk berbagi status, pesan suara, video, foto, kontak dan informasi lokasi. Dengan aplikasi Line kita juga bisa melakukan voice call maupun video call secara real time dan gratis.
                       Line disediakan di semua perangkat smartphone dan di semua sistem operasi mobile : Android, iPhone / iOS, Nokia / Windows Phone, Blackberry dan juga PC (komputer yang bersistemkan Mac OS ataupun Windows).


                       LINE menggunakan nomor telepon sebagai ID dan dapat membuat ID pengguna untuk memudahkan orang mengundang anda. Anda juga dapat menyembunyikan nomor telepon untuk melindungi privasi anda. LINE menyediakan fitur Blocked List pada tab privacy setting, dan juga menyedikan fitur keamanan password untuk menghindari orang lain membuka dan melihat isi percakapan anda.

Contoh chat list dari new media LINE

LINE menawarkan fitur-fitur unggulan, yaitu:
1.   Sticker, merupakan gambar yang merupakan bagian dari IM smiley. Anda dapat menggunakan sticker pada tab sticker. Terdapat 255 sticker menarik untuk mengekspresikan perbincangan dalam bentuk gambar.
2.   Attachment, anda dapat melampirkan file untuk anda kirim ke teman LINE anda seperti suara, gambar, dll.
3.   Call, dengan sesama pengguna LINE anda dapat menelpon teman LINE anda tanpa bayar karena memanfaatkan jaringan internet.
4.   Dapat menggunakan QR code. anda bisa scan QR code dengan aplikasi ini. QR code ini berfungsi untuk menambah teman di aplikasi LINE ini. Begitu juga sebaliknya.

Kelebihan LINE :
1.   Line menyediakan Blocked List sehingga pengguna dapat memblok user ID atau nomor handphone untuk tidak masuk dalam kontak Line pengguna
2.   Merupakan aplikasi lintas platform
3.   Banyak sticker-sticker lucu yang dapat mewakili perasaan pengguna untuk digunakan dalam obrolan

Daftar Pustaka:
https://hakkajiten.wordpress.com/internet-dan-new-media/pengertian-new-media/
http://lhiasusan20.blogspot.co.id/2013/11/konsep-design-new-media-yang-interaktif.html
https://id.wikipedia.org/wiki/LINE
http://www.ardilas.com/2014/10/apakah-itu-aplikasi-messenger-chatting-pesan-line-pengertian-arti-maksud-adalah-kata-android.html
http://upiprakoso.blogspot.co.id/2012/10/konsep-dasar-new-media-dan-contoh.html